Dewan Penasihat Bantenologi, Dr Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Design poster dibuat oleh (Arif Wijaksana)

Helmy Faizi Bahrul Ulumi resmi meraih gelar doktor ke 1.397 dibidang Ilmu Antropologi dan Sosiologi Agama setelah  ujian promosi  doktor di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu, (28/9/2022) Pukul 09.00 WIB.

Disertasi berjudul “Sinkretisme dalam Tradisi Ziarah Keramat di Banten” diselesaikannya selama satu tahun di Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten. Dia menceritakan penelitian yang dilakukannya tidak mudah, membutuhkan waktu berhari-hari untuk menggali data. Bahkan ada lokasi makam keramat yang aksesnya membutuhkan jalan kaki 2 jam.

Helmy selaku dewan pembina Bantenologi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten menjelaskan, sinkretisme dalam disertasinya memiliki arti percampuran. Fokus tulisannya itu untuk melihat bagaimana percampuran antara islam dengan budaya lokal serta unsur-unsur lainnya dalam tradisi ziarah keramat di Banten.

“Sinkretisme adalah pencampuran, disertasi ini, fokusnya untuk melihat percampuran antara Islam dengan budaya lokal serta unsur-unsur lainnya dalam tradisi ziarah keramat di Banten,” kata Helmy saat ditemui di lokasi, Rabu (28/9/2022).

Puluhan makam keramat di Banten yaitu di Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang didatanginya. Dia menemui berbagai narasumber (juru kunci,-red) yang berada disekitar lokasi makam keramat di daerah itu. Namun, tidak semuanya dia tuangkan dalam disertasinya.

“Sebetulnya yang didatangi ada puluhan, tapi yang ditulis dalam disertasi dipilah lagi, tidak semuanya dimasukan, total satu tahun penggalian data lapangannya karena cakupan lokasi penelitiannya jauh,” terangnya.

Helmy menambahkan, tempat ziarah paling ramai di Banten sajalah yang hasil penelitiannya dia tulis dalam disertasinya.

“Semua yang menjadi sampel itu tempat keramat paling ramai dikunjungi, kalau yang sepi tidak akan jadi sampel,” tambahnya.

Lokasi makam keramat terjauh dan tersulit yang pernah dia datangi ada di wilayah Ujung Kulon. Perjalanannya membutuhkan waktu paling sedikit lima hari untuk menetap sementara saat berada disana. Hal tersebut terkendala oleh jarak dan waktu tempuh yang sangat jauh.

“Yang paling jauh di Banten Selatan sampai ke Ujung Kulon, ada yang sampai harus berjalan kaki hingga 2 jam jauhlah,” ungkapnya.

“Ujung Kulon paling susah penggalian datanya karena jarak dan waktu tempuhnya, penelitian yang jauh-jauh dilakukan sendiri, dibeberapa tempat paling didatangi berdua atau bertiga,” terangnya.

Kendala paling utama yang dihadapinya adalah saat menghadapi narasumber kunci. Tidak semua narasumber tempat keramat dapat terbuka memberikan informasi saat diwawancarai.

Tidak jarang, dia bahkan perlu pendekatan lebih mendalam untuk wawancara narasumber agar dapat memberitahukan praktek ritual ziarahnya ditempat keramat. Waktu yang diperlukan minimal tiga kali pertemuan, baru narasumber bisa terbuka dan peneliti bisa mendapatkan informasi mendalam.

“Kendala yang paling utama karena enggak semua narasumber terbuka, perlu usaha yang lebih untuk dapat informasi yang mendalam, kendalanya di situ kalau untuk narasumber kita butuh pendekatan-pendekatan, jadi sebelum datang ke lokasi ada pendekatan dulu, barulah ada praktek ritualnya, baru kita tahu,” kata Helmy.

Ada juga beberapa narasumber yang sudah dikenalnya cukup lama, sehingga saat melakukan penelitian untuk mengumpulkan data dia tidak mengalami kesulitan. Narasumber tersebut mengizinkannya untuk merekam, mengambil gambar dan mengambil video.

Helmy mengaku saat penelitian ke tempat keramat tidak pernah mengalami pengalaman mistik.

“Pengalaman mistik secara pribadi tidak pernah,” ucapnya.

Penguji memberi waktu Helmy tiga bulan untuk merevisi disertasinya lantaran masih ada bagian yang perlu ditambah dan dilengkapi. Setelah rampung, hasil karya akademiknya itu bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, bahkan bisa menjadi informasi bagi orang yang mencari tempat kramat.

“Kalau karya akademik siapapun bisa memanfaatkan, bagi yang mau tahu tempat-tempat keramat bisa kalau untuk kebijakan juga bisa, kalau karya tulis itu kemanfaatan diserahkan pada pembaca, kita sebagai penulis hanya menuliskan saja,” paparnya.

Setelah ujian, Helmy perlu mendalami disertasinya kembali untuk direvisi.

“Pasti setiap karya tulis ada yang perlu diperdalam, setelah selesai paling mengisi kekosongan yang bolong-bolong itu untuk memperdalam,” tuturnya.

Dia juga mengungkapkan, kedepannya akan memperdalam ziarah musafir yang dilakukan dengan berjalan kaki.

“Saya mau memperdalam aspek ziarah musafir yaitu berziarah dengan berjalan kaki, insya allah, kedepan akan meneliti tentang tradisi ziarah,” ungkapnya.

Kedua orang tua Helmy, Prof Tihami turut hadir didampingi istri (selaku ibunda helmy). Istri tercinta Helmy serta anaknya ikut hadir menyaksikan ujian promosi doktornya.

Keluarga besar dosen di UIN SMH Banten, saudara, kerabat, mahasiswa dan pengurus Bantenologi pun turut hadir.

Disertasinya itu diuji oleh lima profesor diantaranya; Profesor Asep Saepudin Jahar, Jamhari, Zulkifli, Yusron Razak dan Ulfah Fajarini dalam ujian terbuka promosi doktor yang diselenggarakan di Auditorium Profesor Dr. Suwito, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dari hasil ujiannya, dewan penguji mengumumkan Helmy mendapat predikat sangat memuaskan disertai dengan nilai ujian mencapai 91 dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,77.

“Alhamdulillah nilainya baik, nilai disertasi dan ujiannya 91 dengan IPK 3,77 dengan predikat sangat memuaskan,” ugkap Helmy.

Capaian yang diraihnya saat ini tidak terlepas dari peran dan dukungan keluarga terkasih serta orang-orang yang berada disekitarnya.